Translate

Minggu, 16 Februari 2014

Ringkasan BAB Pangkalan Kolinial dalam Buku Sumatera Tempo Dulu Karya Anthony Reid

BELANDA MENGHANCURKAN PALEMBANG, 1659
Oleh : Johan Nieuhof
Johan Nieuhof (1618-1672) adalah seorang seniman yang ikut dalam ekspedisi ke Palembang tidak lama setelah tiba di Batavia untuk kontrak kerja keduanya. Sebelumnya dia bekerja untuk Perusahaan Dagang Hindia Barat di Brazu\il pada 1640-1649, dan VOC di Asia pada 1653-1658. Sebelumnya dia juga di ikut sertakan kedalam rombongan perwakilan pertama Belanda ke kekaisaran Cina pada 1655-1657.
            Pada tanggal 19 Oktober 1659, sebelas armada kapal Belanda diberangkatkan dari Batavia ke Palembang di bawah Komando Laksamana John Vander Laen dan John Truytsman sebagai wakilnya. Armada tersebut dikirim untuk membalas perbuatan orang-orang Palembang yang telah membunuh Orang-orang Belanda. Armada yang dikirim itu terdiri dari Kapal 5 inti, 3 kapal galiung, dan 3 kapal lainnya serta dilengkapi dengan 600 pelaut dan 700 prajurit darat. Mereka tiba di sungai Palembang setelah menempuh perjalanan selama 11 hari.
            Pada tanggal 3-4 November 1659 Belanda memasuki sungai. Pada tanggal 9 November 1659, Belanda diserang tiba-tiba oleh Penduduk Palembang, akibatnya 4 atau 5 prajurit terluka. Pada 10 Nov Pasukan tiba di antara pulau Cambara dan Pantai Seberang. Disana Belanda menemukan 3 benteng, yaitu Bamagangan, Mathapoura, Menapoura.
            Pada serangan pertama Belanda berhasil memasuki benteng Bamagangan dan berhasil membakar gudang mesiu dan mengakibatkan sebagian bangunan benteng meledak. Belanda berhasil menenemukan  22 meriam. Pasukan Palembang melakukan serangan balasan untuk merebut benteng. Dalam pertempuran itu 30 oarang Jawa terbunuh temasuk Kyai Temenggong dihadapan Raja beserta dua putranya.
            Pada 11 November 1659 Belanda berhasil mengambil alih benteng Methapoura. Dan menemukan 8 unit meriam. Sore harinya Belenda menyerang benteng di Pulau Cambara dan mendapatkan 12 unit meriam. Musuh membalas penyerangan pada malam hari dan berhasil merebut kembali benteng tersebut.
            Semua barang jarahan itu kami angkut ke kapal pada tanggal 12-13 November 1659. Setelah seluruh meriam dan artileri berhasil dibawa keluar dari kota, Laksamana memerintahakan untuk membumi hanguskan seluruh benteng dan rumah-rumah. Pembakaran ini terjadi pada tanggal 16 November 1659.
Pada tanggal 17-18 Nov 1659 masih sibuk mengumpulkan barang jarahan. Dan pada tanggal 25  November  Belanda mengadakan Pesta Syukuran. Pada 27 Nov Belanda melajutkan perjalan setetelah sebelumnya membakar seluruh rumah-rumah. Mereka berlayar ke sungai yang di sebut Banjarmassum dan membakar sweluruh rumah yang dilalui. Setelah 5 hari perjalanan Pasukan tiba di mulut sungai dan pada tanggal 9 Desember 1659 tiba di Batavia. Total hasil jarahan Belanda adalah 75 unit meriam besar dan 142 meriam kecil.

           


KEHIDUPAN GUBERNUR DI BENGCOOLEN
Oleh : Joseph Collet
Joseph Collet adalah seorang wakil gubernur di bawah kekuasaan madras dari 1712-1716. Ia bertugas dalam perencanaan  pembangunan benteng malborough yang hingga kini masih berdiri.
            Bengkulu merupakan salah satu daerah yang sangat indah kami mendirikan benteng diatas rawa  dan diseberang benteng kami terdapat perkampungan melayu yang terletak di tepi sungai yang sangat ramah untuk di layari disitu terdapat 700 atau 800 rumah yang masing-masning menampung beberapa keluarga sekaligus. Di sisi lain benteng, terdapat desa kecil yang di huni oleh budak EIC tanah disini sangat subur rumput-rumputnya pun segar dan lebat didataran rendah para penduduk menenam padi yang kualitasnya sangat bagus, dan mereka yang berkerja keras biasa memanen 3 kali dalam setahun.
            Iklim disini tergolong ramah, tidak terlalu panas. Curah hujannya pun lebih sedikit daripada di Inggris serta bunyi petirnya pun lebih jarang. Saya sempat beberapa kali gempa bumi, ketika itu terjadi saya tersenyum melihat orang-orang panic dan berlari pontang-panting keluar dari rumah mereka .
            Wilayah pemerintahan saya mencakup 300 mil, dengan 6 atau 7 garnisum. Masing-masing garnisum memiliki 40-50 pucuk senapan. Beberapa raja menyatakan diri sebagai pengikut kami dan mereka berkata bahwa saya adalah orang yang sangat baik dan mereka juga mendoakan saya setiap hari.
            Sebagai wakil gubernur sya berkewajiban untuk menegakkan peraturan tegas yang sebelumnya tidak diketahui disini. Saya telah memenjarakan 1 orang, sementara yang lain saya hukum karena prilaku tidak bermoral dan bermental pengecut.
             Kehidupan saya disini sangat berbeda dari sebelumnya. Sekitar pukul 07.00 saya menyantap sarapan lezat berupa roti isi mentega dan teh bohea. Kemudian saya berkerja hingga pukul 12.00 di dewan untuk mengadakan rapat atau berkerja sendirian di ruang kerja saya. Pukul 12.00 saya bersantap siang dengan ayam  atau daging merpati rebus, kepiting atau udang. Sementara itu, makan sore selalu terdiri dari 4 atau 5 jenis hidangan. Sebelum kembali berkerja kami akan minum alkhohol dan mengisap cerutu.
            Jika ada waktu luang, basanya saya keluar kantor pada pukul 4 sore untuk berkuda atau berjalan santai. Ketika melakukan hal tersebut saya akan selalu dikawal oleh beberapa prajurit. Saya kembali kebenteng pukul 6 sore, lalu kembali bekerja hingga waktu malam tiba.







MASYARAKAT BENCOOLEN
Oleh : Benjamin Heyne
Heyne adalah seorang ahli bedah dan naturalis yang bekerja untuk English East India Company (EIC) di Madras, dan pernah mengunjungi Bengkulu pada tahun 1812.
            Perkenankan saya untuk memperkenalkan kelompok masyarakat yang menghuni Malborough dan sekitarnya. Selain pegawai EIC  dan pegawai militer, ada petualaan yang tdiak jelas atau pelarian kapal kabur. Mereka memanfat sumber daya alam didaerah ini dan tingkah laku mereka dengan  penduduk asli di atur.
            Tadinya banyak orang Jerman sebgai seniman, namun akhirnya kurang yang bertahan. Ada pula orang kulit uing hingga itam pekat, mereka  keturunan yahudi dan nasrani. Beberap meraka adalah pelayan kontrak EIC.
            Orang cina memiliki lokalisasi tersendiri secara terpisah dari pemukiman penduduk, mereka menyebut pasar cina, dan di pimpin  seorang kapten cina. Orang Benggala yang tinggal disini sebagai perajin maupun pelayan. Semua penjahit dan tukang cuci baju di Marlborought berasal dari kakabngan ini.
            Hal yan paling menarik ialah Budak EIC yang sekitar 300 budak berpencar kedalam kaum pendatang. Mereka yang tinggal dengan pendatang ialah berdarah Melayu dan yang bersama EIC sebagian besar berdarah Afrika.
            Sya perlu menyinggung bahwa majikan dari orang india atau asia serta eropa campuran lebih baik dari pada majikan eropa murni. Mereka memperlakukan budaj secara kekeluargaan, sebagai ganti mereka di layani dengan lebih baik dan mendapat pelayana seumur hidup. Dan budak yang majikan eropa murni sering mengeluh.
            Budak-budak yang di perkejakan  di EIC bekerja dalam pekerjaan umum, gudang dan bangunan public. Sementara perempuan  mengankut lada dan muatan berat lainnya. Mereka juga bekerja membantu orang-orang yang berhubung dengan pemerintahan.








PENDUDUKAN MILITER BELANDA DI ACEH
Oleh : Brau De Saint-pol Lias
Brau De Saint-pol Lias adalah orang Prancis yang mendukung gerakan Kelompok Orang yang mencanangkan Perluasan peranan Global Prancis melalui jalur Penjajahan dan Perdagaangan (Pasca Prancis Kalah dalam Perang Prusia pada 1871). Salah satu tujuan Kelompok Penjajah ini adalah sumber emas yang di isukan berada di lembah sebelah utara Meulaboh. Karena tidak di izinkan memasuki Kawasan tersebut oleh Belanda, akhirnya Brau memasuki wilayang Lohong. Ia kemudian mengalihkan perhatian ke pertambangan Timah di Perak dan daratan Asia Tenggara. Dan dia kembali mengunjungi Aceh pada tahun 1880, Ketika Belanda berhasil menginvansi Aceh.
            Ulele (Ulee Lheue), nama pelabuhan di Aceh Besar, sekarang sudah menjadi Kota Kecil. Layaknya Kotta Radjah (Kutaraja atau Banda Aceh), Ulee Lheue memiliki Kamp Militer, Pusat pemukiman Eropa, kampung Cina, dan kampung penduduk Asli. Disini terdapat Dermaga yang kokoh dan juga terdapat Rel kereta.
            Enam atau delapan Kilometer dari Pelabuhan terdapat Komlpek Keraton, yang didalamnya ada gudang senjata, barak-barak besar, kantor-kantor, rumah penjabat dan Kediaman Gubernur. Disitu juga terdapat makam-makam Sultan dan Kerabat Istana. Hanya kelurga sultan yang punya pemakaman, sementara yang lain dikuburkan dimana saja tanpa tempat khusus.
Di bagian Selatan terdapat sebuah Monumen aneh (Gunongan) setinggi tiga tingkat.dan juga terdapat Krueng Daroy yang mengalir ke arah keraton, dan melewati area samping rumah gubernur, dan bermuara di Kali Aceh.  Krueng Daroy juga bersinggungan dengan sebuah jembatan yang sangat indah.

Di jalan arah Lambaro dan Indrapuri yaitu sekitar tempat jalur kereta ke Ulee Lheue akan diperpanjang terdapat sekolah, sekolah berkuda, kantin, serta tempat penampungan “orang-rante” yaitu sebuah penjara percontohan. Orang-rante ini merupakan narapidana dari Jawa dan plau lainnya. Mereka di pekerjakan sebagai kuli angkut barang, penjahit keranjang, tukang kebun, juru masak, dan supir. Orang-rante ini berseragam biru, dengan celana, sarung, baju, dan sarung kepala yang terbuat dari kain tipis. Jumlah mereka hamper mencoba 2.000 jiwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar