Beberapa catatan yang pernah tertulis secara tidak sengaja karena beberapa sebab
Translate
Selasa, 15 Juli 2014
Senin, 19 Mei 2014
Resensi Buku "Api Sejarah"
Resensi Buku
Judul Buku : API SEJARAH
Penulis : Ahmad Mansur
Suryanegara
Penerbit : Salamadani
Cetakan : I, Juli 2009
Tebal : xxii + 584 hlm
Peresensi : Zulfitra AJ
Tentang Penulis/Pengarang
Ahmad Mansur
Suryanegara, beliau lahir pada 22 Dzulhijjah 1353 Hijriyah dari pasangan Hasan
Moekmin dan Siti Aminah. Beliau lebih dikenal sebagai seorang Sejarawan Muslim.
Buku-bukunya telah banyak diterbitkan oleh berbagai penerbit di tanah air, di
samping ratusan artikel dan makalah ilmiah yang telah lahir dari tangan
kreatifnya.
Sinopsis
Ahmad Mansur Surynegara menceritakan
bahwa Islam mempunyai peran yang sangat penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Pengarang ingin mencoba
menjelaskan tentang pengaruh Islam dan ulama dalam sejarah perjuangan bangsa
Indonesia. Namun, akan terlalu berlebihan jika menuding buku ini hanya
menonjolkan peran satu golongan. Sebab, buku ini mengajak kita untuk bersedia
mengoreksi dan meletakkan fakta-fakta yang belum terungkap secara proporsional.
Secara
garis besar buku ini dibagi dalam beberapa sub pembahasan berdasarkan
pembabakan waktu sejarah. Pembahasan tersebut di kelompokkan dalam 4 bab, yaitu
:
Pengaruh Kebangkitan Islam di
Indonesia, Masuk dan Perkembangan Agama Islam di Nusantara Indonesia, Peran
Kekuasaan Politik Islam Melawan Imperialisme Barat, Peran Ulama dalam Gerakan
Kebangkitan Kesadaran Nasional.
v
Bab Pertama
Pengaruh Kebangkitan Islam di
Indonesia. Pada bab ini, kita diajak untuk menelusuri jejak awal lahirnya Islam
yang dibawa oleh Baginda Rasulullah saw. Ahmad Mansur menuliskan sejarah Islam
pada jaman Rasulullah, Khulafaur Rasyidin, Khilafah Umayah, Khilafah Abbasiyah,
Fatimiyah, Turki dan Dinasti Genghis dan pengaruhnya terhadap perkembangan
Islam di Indonesia.
v
Bab Kedua
Masuk dan Perkembangan Agama Islam
di Nusantara Indonesia. Bab kedua ini, kita diajak berkelana saat Islam
merambah ke Indonesia. Bagi yang semasa SMP dan SMA nya memperhatikan pelajaran
sejarah, pasti dijelaskan bahwa Islam masuk abad ke 13 yang ditandai dengan
adanya kerajaan Samudra Pasai. Disini terjadi kejanggalan sejarah, mana mungkin
begitu masuk dalam waktu yang relatif singkat tiba-tiba langsung muncul sebuah
kerajaan Islam. Sedangkan Ahmad Mansur menunjukan bukti-bukti bahwa Islam sudah
masuk dari abad ke 7.
v
Bab Ketiga
Peran Kekuasaan Politik Islam
Melawan Imperialisme Barat. Disini di jelaskan bahwa pemberontakan-pemberontakan
yang terjadi utuk melawan Penjajah itu ternyata dipimpin oleh Ulama dan Santri.
Dan ternyata ada korelasinya antara
perang-perang yang terjadi di dunia dengan perang-perang yang terjadi di
Indonesia, contohnya Keruntuhan Turki, kemudian Revolusi Buruh di Perancis yang
gara-gara ajaran Karl Max (Komunisme).
v
Bab Keempat
Peran Ulama dalam Gerakan Kebangkitan
Kesadaran Nasional (1900-1942). Bab ini dimulai dengan munculnya organisasi
pertama yang memelopori perjuangan kemerdekaan, yaitu Serikat Islam yang
dipimpin Oemar Said Tjokroaminoto. Karena Belanda terlalu khawatir, makanya
dibentuklah organisasi tandinganya Budi Utomo, Budi Utomo ini organisasi yang
eksklusif khusus buat Priyayi saja. Makanya Budi Utomo tidak lebih merakyat
dibandingkan Serikat Islam. Selain Serikat Islam ada juga Serikat Ulama,
Muhamadiyah, NU dan lain-lain.
Analisa Kritis
Diakui atau tidak, peradaban bangsa
Indonesia yang kini ada merupakan proses panjang yang sarat nilai-nilai
perjuangan dan pengorbanan yang tak ternilai harganya oleh kaum muslim
terdahulu. Namun, fakta-fakta penting bisa jadi masih belum terungkap dan
terakses oleh masyarakat dari generasi ke generasi. Kita hanya tahu bahwa kaum
muslim ikut andil dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ya, hanya sampai
di situ. Dan kita pun manut dengan penulisan sejarah Islam tanpa menelaah lebih
jauh. Padahal, hal itu menyisakan sejumlah pertanyaan dan masalah. Misalnya,
dapatkah kita membedakan antara kemunculan Islam dan perkembangannya di
Indonesia; mengapa situs-situs Islam terutama di Jawa Barat dan Banten tidak
terawat, lainnya halnya dengan situs-situs Hindu dan Budha, semisal candi
Borobudur dan Prambanan. Dan masih banyak lagi.
Dalam konteks itulah buku Api
Sejarah ditulis. Ahmad Mansur Surya Negara, Sang penulisnya, memaparkan bahwa penulisan sejarah
telah dijadikan alat oleh penjajah untuk mengubah wawasan generasi muda Islam
Indonesia tentang masa lalu perjuangan bangsa dan negaranya. Maksud dari upaya
penjajah tersebut adalah untuk menghilangkan kesadaran umat Islam dalam
perjuangannya.
Salah satunya adalah merancukan
antara Islam masuk dan saat perkembangannya. Padahal, menurut Ahmad, kedua hal
tersebut jauh berbeda pengertiannya. Beberapa fakta dia paparkan. Selama ini
yang populer Islam masuk ke Indonesia adalah abad ke-13 melalui Aceh. Buktinya adalah terdapat kerajaan
Samudra Pasai yang menganut ajaran Islam. Fakta tersebut ada yang patut
dipertanyakan, mungkinkah Islam begitu masuk ke Samudra Pasai langsung
mendirikan kekuasaan politik?
Dalam hal ini, Ahmad Mansur
memperikan penjelasan yang sangat bisa deterima akal karena disertai
bukti-bukti kuat bahwa Islam sudah masuk ke Aceh pada abad ke-7. Pendapat
tersebut senada dengan pemikiran Prof Dr Buya Hamka dan
KRH Abdullah bin Nuh.
Fakta-fakta yang lebih menyengat
dan dilupakan tentang sejarah perjuangan organisasi Islam dalam sejarah
kebangkitan sampai kemerdekaan, juga diungkap secara gamblang. Istilah
nasionalisme dan Indonesia merdeka sebenarnya pertama kali diperkenalkan oleh
Central Serikat Islam (CSI) pada kongres nasional pertama di Bandung pada 1916.
Lalu, mengapa Hari Lahir Boedi
Oetomo ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Padahal menurut MR AK
Pringgodigdo dalam buku Sedjarah Pergerakan Rakjat Indonesia, Boedi Oetomo
dalam Kongres di Surakarta pada 1928 menolak cita-cita persatuan.
Kelebihan
Buku yang
ketebalannya mencapai 584 halaman ini boleh dibilang sangat antusias untuk
memaparkan sejarah Islam Indonesia dari kemunculannya hingga tahun 1950.
Fakta-fakta lainnya dalam buku ini jarang ditemukan dalam buku-buku sejarah
Islam Indonesia sehingga cukup menggelitik untuk ditelaah lebih jauh. Namun,
referensi yang dipakai sang penulis dalam menggunakan argumentasinya memaksa
kita untuk berpikir dua kali untuk membantahnya.
Pembagian pembahasannya yang
memakai metode pembabakan waktu sejarah sangat tepat sehingga terjadi
ketersinambungan antara satu Bab dengan Bab lainnya. Hal ini juga memudahkan
kita sebagai pembaca untuk memahami alur pergerakan sejarah Islam di Indonesia.
Kekurangan
Buku terbitan Salamadani ini bisa
dikatakan sebuah buku yang sempurna hanya saja, patut disayangkan, buku ilmiah
ini sedikit "ternoda" oleh ambisi sang penulis sendiri yang kentara
sekali ingin memunculkan istilah ulama dan santri. Kesan yang saya tangkap
bahwa yang dimaksud kaum muslim dalam perjuangan pada zaman pra dan pasca
kemerdekaan hanyalah ulama dan santri. Tentu, hal itu mengecilkan kaum muslim
sendiri yang notabene-nya banyak kaum muslim yang berada di luar dua kelompok
itu. Mestinya, dijelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud `ulama' dan
`santri' itu?
Selain itu, beberapa hal juga
sedikit mengganggu dalam membaca buku ini, seperti di halaman 100 paragraf
kedua, mestinya di situ ditulis `sunni' bukan `ahlush shunnah wal jama'aah',
karena dikontraskan dengan `syi'ah'. Dalam hal penulisan juga masih banyak
ditemukan kesalahan, seperti `wirauswasta' yang mungkin dimaksud adalah
`wiraswasta'. Hal ini termasuk dalam
judul. Jika di cover depannya tertulis judul kecilnya Buku yang akan Mengubah
Drastis Pandangan Anda Tentang Sejarah Indonesia.
Kesimpulan
Banyaklah
ya fakta-fakta yang diungkapkan oleh Ahmad Mansyur yang ternyata jauh sekali
dibandingkan Pelajaran Sejarah yang kita dapat di SMP dan SMA. Hal ini karena
terjadinya Deislamisasi yang memang sengaja dilakukan oleh oknum-oknum Belanda.
Yang tujuanya tentu saja untuk membutakan kita dari sejarah kita. Sejarah itu
tidak seutuhnya bisa kita ketahui dengan pasti, banyak orang yang menuliskan
sejarah dengan versi yang berbeda-beda. Selama tidak ada saksi yang real
seperti rekaman videonya yang bisa kita liat dengan mata dan kita dengar dengan
telinga boleh-boleh saja kita tidak mempercayai sejarah itu.
Buku ini layak diapresiasi
sekaligus diuji fakta-fakta yang disajikan. Tentunya bukan mencari siapa yang
benar dan salah. Lebih penting adalah meletakan fakta-fakta sejarah secara
proporsional agar api semangat dan cita-cita luhur para pahlawan terus
dilanjutkan untuk kejayaan Indonesia. Oleh karena itu akan sangat rugi bagi
anda yang tidak mencoba untuk membaca buku ini.
Biodata Peresensi
Seorang
anak yang dilahirkan pada 19 Mei 1990 di sebuah Desa terpencil yang bernama
Latong. Seorang mahasiswa S1 (Strata-1) di Jurusan Sejarah
& Kebudayaan Islam Fakultas Adab di IAIN Ar-Raniry Banda Aceh ini bernama Zulfitra A.J.,
akan tetapi oleh teman-temannya
sering disapa akrab dengan nama Fitra. Laki-laki
lulusan SMA Negeri 1 Seunagan ini berasal dari Desa Kuta Paya Kec. Seunagan
Kab. Nagan Raya.
Minggu, 23 Maret 2014
Sabtu, 22 Februari 2014
My Curriculum Vitae
CURRICULUM VITAE
( Daftar Riwayat Hidup )
DATA PRIBADI
Nama : Zulfitra AJ
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat, tanggal lahir : Latong, 19 Mai 1990
Kewarganegaraan : Indonesia
Status perkawinan : Belum Kawin
Tinggi, berat badan : 168 cm, 67 kg
Kesehatan : Sangat Baik
Agama : Islam
Alamat lengkap : Desa Kuta Paya Kec. Seunagan Kab. Nagan Raya
HP : 085358850525
E-mail : fitra_afju@yahoo.co.id
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
» Formal
·
1997 – 2002 : MIN Jeuram
·
2002 – 2004 : MTsN 1 Jeuram
·
2004 – 2008 : SMA Negeri 1 Seunagan
·
2010 – Sekarang : Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam di UIN
Ar-Raniry
» Non Formal
·
2007 - 2008 : Kursus Bahasa Inggris
di Myre Communication
·
2006 - 2007 : Kursus Komputer di
Riza Computer
KEMAMPUAN
·
Kemampuan Teknik Komputer dan
Informatika (Teknisi, Jaringan, MS Word, MS Excel, MS Power Point, MS Access,
MS Outlook, dll).
·
Kemampuan Internet.
PENGALAMAN KERJA
·
Staf Pengajar di Riza Computer tahun
2007
·
Staf ADM di Myre Communication tahun 2008
·
Tenaga Kontrak di Sekretariat DPRK
Kota Banda Aceh
PENGALAMAN
ORGANISASI
·
Pelajar Islam Indonesia (PII)
-
Ketua Umum PK PII Seunagan Tahun
2007
-
Sekretaris Umum PD PII Nagan Raya
2008-2009
-
Ketua Umum PK PII UNAYA Tahun 2009
-
Sekretaris Umum PD PII Banda Aceh
2009-2010
-
Departemen Kajian Informasi
Strategis PW PII Aceh 2010-2011
-
Ketua III KLM PD PII Perguruan
Tinggi 2011-2012
-
Ketua II PPO PD PII Perguruan Tinggi
2012-2013
-
Sekretaris Umum PD PII Perguruan
Tinggi 2013-2014
·
IPELMASRA-Banda Aceh
-
Waka bidang Hubungan Antar Lembaga
2008-2010
-
Waka bidang Pendidikan &
Pengkaderan Tahun 2010
-
Ketua Umum 2013-2015
·
LSM KIPPRAH
-
Wakil Sekretaris II Tahun 2009
-
Wakil Sekretaris I Tahun 2010
·
IPELMAGAN
-
Kabid Kesekretariatan 2008-2010
·
IKAHIMSI
-
Koordinator Wilayah VIII Aceh-Sumut
2012-2014
·
HMJ-SKI
-
Waka bidang Kesekretariatan &
Advokasi 2011-2012
-
Ketua Umum 2013-2014
PELATIHAN & TRAINING
·
Leadership Basic Training (LBT) PII
2007 di Nagan Raya
·
Latihan Manajemen Dasar (LMD) PII
2009 di Banda Aceh
·
Pelatihan Manajemen Organisasi (PMO)
Ipelmagan 2009 di Banda Aceh
·
Leadership Intermediate Training
(LIT) PII 2009 di Aceh Besar
·
Latihan Manajemen Strategis (LMS)
PII 2010 di Banda Aceh
·
Pelatihan Kader Anti Narkoba BNNP
2013 di Banda Aceh
Banda Aceh, 15 April 2013
Hormat saya,
Zulfitra AJ
Minggu, 16 Februari 2014
BUDI UTOMO
Sebuah Artikel dari Zulfitra
AJ
BUDI
UTOMO
BAB
I
PENDAHULUAN
Kebangkitan Nasional adalah Masa
dimana Bangkitnya Rasa dan Semangat Persatuan, Kesatuan, dan Nasionalisme serta
kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia yang sebelumnya
tidak pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang. Dalam masa ini muncul
sekelompok masyarakat indonesia yang menginginkan adanya perubahan dari
masyarakat indonesia yang selama ini dijajah dan ditindas oleh bangsa lain.
Kebagkitan nasional Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi Budi Utomo.
Peristiwa itu merupakan bagian dari peristiwa yang menjadi tonggak sejarah
kemerdekaan negara indonesia.
Beberapa faktor yang mendorong kebangkitan indonesia yaitu diantaranya:
Beberapa faktor yang mendorong kebangkitan indonesia yaitu diantaranya:
1.Semakin banyaknya/makin tingginya
kesadaran ingin bersatu.
2. Semakin mengingkatnya semangat bangsa
Indonesia ingin merdeka.
3 .Semakin banyaknya orang pintar dan
terpelajar di Indonesia.
Munculnya Pergerakan-pergerakan
organisasi yang bersifat modern ini merupakan akibat dari sistem politik etis
yang diterapkan oleh Belanda. Dengan adanya pendidikan untuk rakyat Indonesia,
maka muncullah Tokoh-tokoh yang Berpendidikan sehingga nantinya menjadi
penggerak organisasi-organisasi modern.
Dan Faktor yang datang dari luar negeri adalah
kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905, adalah salah satu pendorong yang
menimbulkan semangat bahwa bangsa kulit kuning, bangsa Asia dapat mengalahkan
bangsa kulit putih (Eropa).
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Latar
Belakang Munculnya Budi Utomo
Budi
Utomo lahir dari inspirasi yang dikemukakan oleh Wahidin Soedirohoesodo disaat beliau
sedang berkeliling ke setiap sekolah untuk menyebarkan beasiswa, salah satunya STOVIA
(School tot Opleiding van Inlandsche
Artsen). Sejak saat itu, mahasiswa STOVIA
mulai terbuka pikirannya dan mereka mulai mengadakan pertemuan-pertemuan dan
diskusi yang sering dilakukan di perpustakaan STOVIA
oleh beberapa mahasiswa, antara lain Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo,
Goembrek, Saleh, dan Soeleman. Mereka memikirkan nasib bangsa yang sangat buruk
dan selalu dianggap bodoh dan tidak bermartabat oleh bangsa lain (Belanda),
serta bagaimana cara memperbaiki keadaan yang amat buruk dan tidak adil itu.
Para pejabat pangreh praja
(sekarang pamong praja) kebanyakan hanya memikirkan kepentingan sendiri dan
jabatan. Dalam praktik mereka pun tampak menindas rakyat dan bangsa sendiri,
misalnya dengan menarik pajak sebanyak-banyaknya untuk menyenangkan hati atasan
dan para penguasa Belanda.
Para
pemuda mahasiswa itu juga menyadari bahwa mereka membutuhkan sebuah organisasi
untuk mewadahi mereka, seperti halnya golongan-golongan lain yang mendirikan
perkumpulan hanya untuk golongan mereka seperti Tiong Hoa Hwee Koan untuk orang Tionghoa
dan Indische Bond
untuk orang Indo-Belanda. Pemerintah Hindia Belanda jelas juga tidak bisa
diharapkan mau menolong dan memperbaiki nasib rakyat kecil kaum pribumi,
bahkan sebaliknya, merekalah yang selama ini menyengsarakan kaum pribumi dengan
mengeluarkan peraturan-peraturan yang sangat merugikan rakyat kecil.
Para
pemuda itu akhirnya berkesimpulan bahwa merekalah yang harus mengambil prakarsa
menolong rakyatnya sendiri. Pada waktu itulah muncul gagasan Soetomo untuk
mendirikan sebuah perkumpulan yang akan mempersatukan semua orang Jawa, Sunda,
dan Madura yang diharapkan bisa dan bersedia memikirkan serta memperbaiki nasib
bangsanya. Perkumpulan ini tidak bersifat eksklusif tetapi terbuka untuk siapa
saja tanpa melihat kedudukan, kekayaan, atau pendidikannya.
B. Berdirinya
Budi Utomo
Pada
hari Minggu, tanggal 20 Mei 1908 Sutomo dan kawan-kawannya di ruang kelas
Sekolah Kedokteran STOVIA di Batavia atau Jakarta mendirikan sebuah perkumpulan
yang diberi nama Budi Utomo (Budi Luhur).
Para
pelajar yang aktif dalam pembentukan Budi Utomo tersebut adalah M. Suradji,
Muhammad Saleh, Mas Suwarno, Muhammad Sulaiman, Gunawan, dan Gumbreg. Pada
akhir pidatonya, Sutomo mengatakan, “berhasil dan tidaknya usaha ini bergantung
kepada kesungguhan hati kita, bergantung kepada kesanggupan kita bekerja. Saya
yakin bahwa nasib Tanah Air di masa depan terletak di tangan kita.” Ucapan itu
disambut dengan tepuk tangan yang amat meriah.
Budi
Utomo setelah terbentuk, para pengurus dan anggotanya segera mempropagandakan
mengenai maksud dan tujuan pembentukan organisasi tersebut kepada semua
masyarakat, terutama kelompok pelajar, pegawai, kaum priayi, dan pedagang
kecil. Propaganda itu ternyata mendapat sambutan hangat. Berita tentang
pembentukan Budi Utomo akhirnya tersiar juga lewat surat kabar sehingga
diketahui oleh pelajar-pelajar di berbagai kota. Akhirnya, para pelajar di
kota-kota, seperti Yogyakarta, Magelang, dan Probolinggo ikut mendirikan
cabang-cabang Budi Utomo. Nama Sutomo sebagai pendiri dan ketua umum Budi Utomo
makin populer sekaligus mengundang risiko besar.
Beberapa
staf pengajar dan pemerintah Belanda menuduh Sutomo dan kawan-kawannya sebagai
pemberontak. Sutomo diancam akan dipecat dari sekolahnya. Akan tetapi,
kawan-kawannya mempunyai solidaritas tinggi. Jika Sutomo dikeluarkan, mereka
akan ikut keluar juga. Dalam persidangan di sekolah, Sutomo masih dipertahankan
oleh pemimpin umum STOVIA, Dr. H. E. Roll sehingga ia dan kawan-kawannya tidak
jadi dikeluarkan dari sekolah. Jelaslah bahwa setiap perjuangan pasti mendapat
tantangan, rintangan, bahkan ancaman, tetapi mereka tetap tegar.
Budi
Utomo berkembang makin besar sehingga perlu menyelenggarakan kongres. Untuk keperluan
itu, mereka mempersiapkan segala sesuatunya atas usaha sendiri. Dr. Wahidin
berkampanye keliling daerah untuk mendapatkan dukungan dan bantuan dari semua
pihak. Kongres Budi Utomo yang pertama berhasil diselenggarakan pada tanggal 5
Oktober 1908 di Yogyakarta. Dalam kongres dihasilkan beberapa keputusan
penting, seperti:
1. Merumuskan
tujuan utama Budi Utomo, yaitu kemajuan yang selaras untuk negara dan bangsa,
terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan, perdagangan,
teknik dan industri, ilmu pengetahuan dan seni budaya bangsa Indonesia;
2. Kedudukan
pusat perkumpulan berada di Yogyakarta;
3. Menyusun
kepengurusan dengan R.T. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar (Jawa Tengah) sebagai
Ketua;
4. Kegiatan
Budi Utomo terutama ditujukan pada bidang pendidikan dan kebudayaan;
5. Wilayah
gerakannya difokuskan di Jawa dan Madura;
6. BU
tidak ikut mengadakan kegiatan politik.
Pada
tahun awal berkembangnya Budi Utomo dapat menjadi tempat penyaluran keinginan
rakyat yang ingin maju dan tempat mengabdi tokoh-tokoh terkemuka terhadap
bangsanya. Tokoh-tokoh yang pernah menjabat Ketua Budi Utomo, antara lain R.T.
Tirtokusumo (1908–1991), Pangeran Aryo Noto Dirodjo dari Istana Paku Alam
(1911–1914), R.Ng. Wedyodipura atau Radjiman Wedyoningrat (1914–1915), dan R.M.
Ario Surjo Suparto atau Mangkunegoro VII (1915). Oleh karena pemimpin Budi
Utomo umumnya berasal dari kaum bangsawan, banyaklah dana yang disumbangkan
untuk kemajuan pengajaran.
Demikian,
lahirlah badan bantuan pendidikan atau studiefonds yang diberi nama Darma Wara.
Hal inilah yang dicita-citakan oleh dr. Wahidin.
Sejak
tahun 1908 hingga tahun 1915, Budi Utomo hanya bergerak di bidang sosial dan
budaya terutama pada bagian pengajaran. Namun, setelah tahun 1925 itu Budi
Utomo ikut terjun ke dunia politik. Perubahan haluan ini terjadi karena adanya
pengaruh dari organisasi pergerakan lain yang bercorak politik, seperti
Indische Partij dan Sarekat Islam. Tujuan Budi Utomo berpolitik adalah untuk
mendapat bagian dalam pemerintahan yang akan dipegang oleh golongan pelajar
pribumi.
C. Masa
Perkembangan
Budi Utomo mengalami fase
perkembangan penting saat kepemimpinan Pangeran Noto Dirodjo. Saat itu, Douwes
Dekker, seorang Indo-Belanda yang sangat properjuangan bangsa Indonesia, dengan
terus terang mewujudkan kata “politik” ke dalam tindakan yang nyata. Berkat
pengaruhnyalah pengertian mengenai “tanah air Indonesia” makin lama makin bisa
diterima dan masuk ke dalam pemahaman orang Jawa. Maka muncullah Indische
Partij yang sudah lama dipersiapkan oleh Douwes Dekker melalui aksi persnya.
Perkumpulan ini bersifat politik dan terbuka bagi semua orang Indonesia tanpa
terkecuali. Baginya “tanah air” (Indonesia) adalah di atas segala-galanya.Pada
masa itu pula muncul Sarekat Islam, yang pada awalnya dimaksudkan sebagai suatu
perhimpunan bagi para pedagang besar maupun kecil di Solo dengan nama Sarekat
Dagang Islam, untuk saling memberi bantuan dan dukungan. Tidak berapa lama,
nama itu diubah oleh, antara lain, Tjokroaminoto, menjadi Sarekat Islam, yang
bertujuan untuk mempersatukan semua orang Indonesia yang hidupnya tertindas
oleh penjajahan. Sudah pasti keberadaan perkumpulan ini ditakuti orang Belanda.
Munculnya gerakan yang bersifat politik semacam itu rupanya yang menyebabkan
Budi Utomo agak terdesak ke belakang. Kepemimpinan perjuangan orang Indonesia
diambil alih oleh Sarekat Islam dan Indische Partij karena dalam arena politik
Budi Utomo memang belum berpengalaman.Karena gerakan politik
perkumpulan-perkumpulan tersebut, makna nasionalisme makin dimengerti oleh
kalangan luas. Ada beberapa kasus yang memperkuat makna tersebut. Ketika
Pemerintah Hindia Belanda hendak merayakan ulang tahun kemerdekaan negerinya,
dengan menggunakan uang orang Indonesia sebagai bantuan kepada pemerintah yang
dipungut melalui penjabat pangreh praja pribumi, misalnya, rakyat menjadi sangat
marah.
Kemarahan itu mendorong Soewardi
Suryaningrat (yang kemudian bernama Ki Hadjar Dewantara) untuk menulis sebuah
artikel “Als ik Nederlander was” (Seandainya Saya Seorang Belanda), yang
dimaksudkan sebagai suatu sindiran yang sangat pedas terhadap pihak Belanda.
Tulisan itu pula yang menjebloskan dirinya bersama dua teman dan pembelanya,
yaitu Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo ke penjara oleh Pemerintah
Hindia Belanda (lihat: Boemi Poetera). Namun, sejak itu Budi Utomo tampil
sebagai motor politik di dalam pergerakan orang-orang pribumi.Agak berbeda
dengan Goenawan Mangoenkoesoemo yang lebih mengutamakan kebudayaan dari
pendidikan, Soewardi menyatakan bahwa Budi Utomo adalah manifestasi dari
perjuangan nasionalisme. Menurut Soewardi, orang-orang Indonesia mengajarkan
kepada bangsanya bahwa “nasionalisme Indonesia” tidaklah bersifat kultural,
tetapi murni bersifat politik. Dengan demikian, nasionalisme terdapat pada
orang Sumatera maupun Jawa, Sulawesi maupun Maluku.
Pendapat tersebut bertentangan
dengan beberapa pendapat yang mengatakan bahwa Budi Utomo hanya mengenal
nasionalisme Jawa sebagai alat untuk mempersatukan orang Jawa dengan menolak
suku bangsa lain. Demikian pula Sarekat Islam juga tidak mengenal pengertian
nasionalisme, tetapi hanya mempersyaratkan agama Islam agar seseorang bisa
menjadi anggota. Namun, Soewardi tetap mengatakan bahwa pada hakikatnya akan
segera tampak bahwa dalam perhimpunan Budi Utomo maupun Sarekat Islam,
nasionalisme “Indonesia” ada dan merupakan unsur yang paling penting.
D. Harapan
dan Hambatan Pergerakan Budi Utomo
Sebagai suatu organisasi yang baik,
Budi Utomo memberikan usulan kepada pemerintah Hidia Belanda sebagai mana
berikut ini :
1. Meninggikan tingkat pengajaran di
sekolah guru baik guru bumi putera maupun sekolah priyayi.
2. Memberi beasiswa bagi orang-orang bumi
putera.
3. Menyediakan lebih banyak tempat pada
sekolah pertanian.
4. Izin pendirian sekolah desa untuk Budi
Utomo.
5. Mengadakan sekolah VAK / kejuruan untuk
para bumi putera dan para perempuan.
6. Memelihara tingkat pelajaran di
sekolah-sekolah dokter jawa.
7.
Memberikan
kesempatan bumi putra untuk mengenyam bangku pendidikan di sekolah rendah eropa
atau sekolah Tionghoa - Belanda.
Pemerintah Hindia-Belanda
mengesahkan Budi Utomo sebaga badan hukum yang sah karena dinilai tidak
membahayakan, namun tujuan organisasi Budi Utomo tidak maksimal karena banyak
hal, yakni :
1. Mengalami kesulitan dinansial
2. Kelurga R.T. Tirtokusumo lebih
memperhatikan kepentingan pemerintah kolonial daripada rakyat.
3. Lebih memajukan pendidikan kaum priyayi
dibanding rakyat jelata.
4. Keluarga anggota-anggota dari golongan
mahasiswa dan pelajar.
5. Bupati-bupati lebih suka mendirikan
organisasi masing-masing.
6. Bahasa belanda lebih menjadi prioritas
dibandingkan dengan Bahasa Indonesia.
7.
Pengaruh
golongan priyayi yang mementingkan jabatan lebih kuat dibandingkan yang
nasionalis.
BAB
III
KESIMPULAN
Budi Utomo yang dicanangkan Dr.
Wahidin Sudirohusodo ini adalah organisasi pergerakan modern yang pertama di
Indonesia dengan memiliki struktur organisasi pengurus tetap, anggota, tujuan
dan juga rencana kerja dengan aturan-aturan tertentu yang telah ditetapkan.
Organisasi yang didirikan oleh dr.
Soetomo cs dan bergerak di bidang sosial ini bukan hanya dikenal sebagai salah
satu organisasi nasional yang pertama di Indonesia, tetapi juga organisasi yang
terpanjang umurnya sampai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Satu petikan penting yang dapat
diambil dari munculnya BU adalah merupakan tonggak awal penyebab berlansungnya
Perubahan-perubahan politik hingga terjadinya Integrasi Nasional. Hal itu dapat
kita lihat dari penetapan Hari Kebangkitan Nasional yang ditetapkan/diambil
dari hari lahirnya Budi Utomo
Daftar Pustaka
·
Akira Nagazumi, 1989: Bangkitnya Nassionalisme
Indonesia, Budi Utomo 1908-1918. Jakarta:
PT Pustaka Utama Grafiti
·
A.K Pringgodigdo,1984: Sejarah Pergerakan Rakyat
Indonesia: Jakarta: Dian Rakyat
·
Kansil,C.S.T. dan Julianto.1988. Sejarah Perjuangan Pergerakan
Kebangsaan Indonesia. Jakarta:
Erlangga
·
Marwati
Djoened Poesponegoro, dkk. 1984. Sejarah
Nasional Indonesia, Jilid
VI. Balai Pustaka. Jakarta.
·
Matroji,
2000, IPS Sejarah untuk SLTP kelas 2, Jakarta : Erlangga
·
M.C Ricklefs,1991: Sejarah Indonesia Modern.
Yogyakarta: Gadjah Mada Press
·
Suhartono.
1994. Sejarah Pergerakan Nasional dari
Budi Utomo sampai Proklamasi
1908 – 1945. Yogyakarta
: Pustaka Pelajar.
·
Harian
WordPress ,Merenungkan Makna Hari
Kebangkitan Nasional
·
http://www.WordPress.com
Langganan:
Postingan (Atom)