Translate

Senin, 19 Mei 2014

Resensi Buku "Api Sejarah"

Resensi Buku
Judul Buku          : API SEJARAH
Penulis                  : Ahmad Mansur Suryanegara
Penerbit                : Salamadani
Cetakan                : I, Juli 2009
Tebal                     : xxii + 584 hlm

Peresensi        :  Zulfitra AJ

Tentang Penulis/Pengarang
Ahmad Mansur Suryanegara, beliau lahir pada 22 Dzulhijjah 1353 Hijriyah dari pasangan Hasan Moekmin dan Siti Aminah. Beliau lebih dikenal sebagai seorang Sejarawan Muslim. Buku-bukunya telah banyak diterbitkan oleh berbagai penerbit di tanah air, di samping ratusan artikel dan makalah ilmiah yang telah lahir dari tangan kreatifnya.
Sinopsis
               Ahmad Mansur Surynegara menceritakan bahwa Islam mempunyai peran yang sangat penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Pengarang ingin mencoba menjelaskan tentang pengaruh Islam dan ulama dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Namun, akan terlalu berlebihan jika menuding buku ini hanya menonjolkan peran satu golongan. Sebab, buku ini mengajak kita untuk bersedia mengoreksi dan meletakkan fakta-fakta yang belum terungkap secara proporsional.
               Secara garis besar buku ini dibagi dalam beberapa sub pembahasan berdasarkan pembabakan waktu sejarah. Pembahasan tersebut di kelompokkan dalam 4 bab, yaitu :
Pengaruh Kebangkitan Islam di Indonesia, Masuk dan Perkembangan Agama Islam di Nusantara Indonesia, Peran Kekuasaan Politik Islam Melawan Imperialisme Barat, Peran Ulama dalam Gerakan Kebangkitan Kesadaran Nasional.

v  Bab Pertama
Pengaruh Kebangkitan Islam di Indonesia. Pada bab ini, kita diajak untuk menelusuri jejak awal lahirnya Islam yang dibawa oleh Baginda Rasulullah saw. Ahmad Mansur menuliskan sejarah Islam pada jaman Rasulullah, Khulafaur Rasyidin, Khilafah Umayah, Khilafah Abbasiyah, Fatimiyah, Turki dan Dinasti Genghis dan pengaruhnya terhadap perkembangan Islam di Indonesia.

v  Bab Kedua
Masuk dan Perkembangan Agama Islam di Nusantara Indonesia. Bab kedua ini, kita diajak berkelana saat Islam merambah ke Indonesia. Bagi yang semasa SMP dan SMA nya memperhatikan pelajaran sejarah, pasti dijelaskan bahwa Islam masuk abad ke 13 yang ditandai dengan adanya kerajaan Samudra Pasai. Disini terjadi kejanggalan sejarah, mana mungkin begitu masuk dalam waktu yang relatif singkat tiba-tiba langsung muncul sebuah kerajaan Islam. Sedangkan Ahmad Mansur menunjukan bukti-bukti bahwa Islam sudah masuk dari abad ke 7.

v  Bab Ketiga
Peran Kekuasaan Politik Islam Melawan Imperialisme Barat. Disini di jelaskan bahwa pemberontakan-pemberontakan yang terjadi utuk melawan Penjajah itu ternyata dipimpin oleh Ulama dan Santri.  Dan ternyata ada korelasinya antara perang-perang yang terjadi di dunia dengan perang-perang yang terjadi di Indonesia, contohnya Keruntuhan Turki, kemudian Revolusi Buruh di Perancis yang gara-gara ajaran Karl Max (Komunisme).

v  Bab Keempat
Peran Ulama dalam Gerakan Kebangkitan Kesadaran Nasional (1900-1942). Bab ini dimulai dengan munculnya organisasi pertama yang memelopori perjuangan kemerdekaan, yaitu Serikat Islam yang dipimpin Oemar Said Tjokroaminoto. Karena Belanda terlalu khawatir, makanya dibentuklah organisasi tandinganya Budi Utomo, Budi Utomo ini organisasi yang eksklusif khusus buat Priyayi saja. Makanya Budi Utomo tidak lebih merakyat dibandingkan Serikat Islam. Selain Serikat Islam ada juga Serikat Ulama, Muhamadiyah, NU dan lain-lain.
Analisa Kritis
               Diakui atau tidak, peradaban bangsa Indonesia yang kini ada merupakan proses panjang yang sarat nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan yang tak ternilai harganya oleh kaum muslim terdahulu. Namun, fakta-fakta penting bisa jadi masih belum terungkap dan terakses oleh masyarakat dari generasi ke generasi. Kita hanya tahu bahwa kaum muslim ikut andil dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ya, hanya sampai di situ. Dan kita pun manut dengan penulisan sejarah Islam tanpa menelaah lebih jauh. Padahal, hal itu menyisakan sejumlah pertanyaan dan masalah. Misalnya, dapatkah kita membedakan antara kemunculan Islam dan perkembangannya di Indonesia; mengapa situs-situs Islam terutama di Jawa Barat dan Banten tidak terawat, lainnya halnya dengan situs-situs Hindu dan Budha, semisal candi Borobudur dan Prambanan. Dan masih banyak lagi.
               Dalam konteks itulah buku Api Sejarah ditulis. Ahmad Mansur Surya Negara, Sang  penulisnya, memaparkan bahwa penulisan sejarah telah dijadikan alat oleh penjajah untuk mengubah wawasan generasi muda Islam Indonesia tentang masa lalu perjuangan bangsa dan negaranya. Maksud dari upaya penjajah tersebut adalah untuk menghilangkan kesadaran umat Islam dalam perjuangannya.
               Salah satunya adalah merancukan antara Islam masuk dan saat perkembangannya. Padahal, menurut Ahmad, kedua hal tersebut jauh berbeda pengertiannya. Beberapa fakta dia paparkan. Selama ini yang populer Islam masuk ke Indonesia adalah abad ke-13 melalui Aceh. Buktinya adalah terdapat kerajaan Samudra Pasai yang menganut ajaran Islam. Fakta tersebut ada yang patut dipertanyakan, mungkinkah Islam begitu masuk ke Samudra Pasai langsung mendirikan kekuasaan politik?
               Dalam hal ini, Ahmad Mansur memperikan penjelasan yang sangat bisa deterima akal karena disertai bukti-bukti kuat bahwa Islam sudah masuk ke Aceh pada abad ke-7. Pendapat tersebut senada dengan pemikiran Prof Dr Buya Hamka dan KRH Abdullah bin Nuh.
               Fakta-fakta yang lebih menyengat dan dilupakan tentang sejarah perjuangan organisasi Islam dalam sejarah kebangkitan sampai kemerdekaan, juga diungkap secara gamblang. Istilah nasionalisme dan Indonesia merdeka sebenarnya pertama kali diperkenalkan oleh Central Serikat Islam (CSI) pada kongres nasional pertama di Bandung pada 1916.
               Lalu, mengapa Hari Lahir Boedi Oetomo ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Padahal menurut MR AK Pringgodigdo dalam buku Sedjarah Pergerakan Rakjat Indonesia, Boedi Oetomo dalam Kongres di Surakarta pada 1928 menolak cita-cita persatuan.

Kelebihan
               Buku yang ketebalannya mencapai 584 halaman ini boleh dibilang sangat antusias untuk memaparkan sejarah Islam Indonesia dari kemunculannya hingga tahun 1950. Fakta-fakta lainnya dalam buku ini jarang ditemukan dalam buku-buku sejarah Islam Indonesia sehingga cukup menggelitik untuk ditelaah lebih jauh. Namun, referensi yang dipakai sang penulis dalam menggunakan argumentasinya memaksa kita untuk berpikir dua kali untuk membantahnya.
               Pembagian pembahasannya yang memakai metode pembabakan waktu sejarah sangat tepat sehingga terjadi ketersinambungan antara satu Bab dengan Bab lainnya. Hal ini juga memudahkan kita sebagai pembaca untuk memahami alur pergerakan sejarah Islam di Indonesia.

Kekurangan
               Buku terbitan Salamadani ini bisa dikatakan sebuah buku yang sempurna hanya saja, patut disayangkan, buku ilmiah ini sedikit "ternoda" oleh ambisi sang penulis sendiri yang kentara sekali ingin memunculkan istilah ulama dan santri. Kesan yang saya tangkap bahwa yang dimaksud kaum muslim dalam perjuangan pada zaman pra dan pasca kemerdekaan hanyalah ulama dan santri. Tentu, hal itu mengecilkan kaum muslim sendiri yang notabene-nya banyak kaum muslim yang berada di luar dua kelompok itu. Mestinya, dijelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud `ulama' dan `santri' itu?
               Selain itu, beberapa hal juga sedikit mengganggu dalam membaca buku ini, seperti di halaman 100 paragraf kedua, mestinya di situ ditulis `sunni' bukan `ahlush shunnah wal jama'aah', karena dikontraskan dengan `syi'ah'. Dalam hal penulisan juga masih banyak ditemukan kesalahan, seperti `wirauswasta' yang mungkin dimaksud adalah `wiraswasta'.  Hal ini termasuk dalam judul. Jika di cover depannya tertulis judul kecilnya Buku yang akan Mengubah Drastis Pandangan Anda Tentang Sejarah Indonesia.

Kesimpulan
            Banyaklah ya fakta-fakta yang diungkapkan oleh Ahmad Mansyur yang ternyata jauh sekali dibandingkan Pelajaran Sejarah yang kita dapat di SMP dan SMA. Hal ini karena terjadinya Deislamisasi yang memang sengaja dilakukan oleh oknum-oknum Belanda. Yang tujuanya tentu saja untuk membutakan kita dari sejarah kita. Sejarah itu tidak seutuhnya bisa kita ketahui dengan pasti, banyak orang yang menuliskan sejarah dengan versi yang berbeda-beda. Selama tidak ada saksi yang real seperti rekaman videonya yang bisa kita liat dengan mata dan kita dengar dengan telinga boleh-boleh saja kita tidak mempercayai sejarah itu.
               Buku ini layak diapresiasi sekaligus diuji fakta-fakta yang disajikan. Tentunya bukan mencari siapa yang benar dan salah. Lebih penting adalah meletakan fakta-fakta sejarah secara proporsional agar api semangat dan cita-cita luhur para pahlawan terus dilanjutkan untuk kejayaan Indonesia. Oleh karena itu akan sangat rugi bagi anda yang tidak mencoba untuk membaca buku ini.

Biodata Peresensi

               Seorang anak yang dilahirkan pada 19 Mei 1990 di sebuah Desa terpencil yang bernama Latong. Seorang mahasiswa S1 (Strata-1) di Jurusan Sejarah & Kebudayaan Islam Fakultas Adab di IAIN Ar-Raniry  Banda Aceh ini bernama  Zulfitra A.J., akan tetapi oleh teman-temannya sering disapa akrab dengan nama Fitra. Laki-laki lulusan SMA Negeri 1 Seunagan ini berasal dari Desa Kuta Paya Kec. Seunagan Kab. Nagan Raya.

Sabtu, 22 Februari 2014

My Curriculum Vitae

CURRICULUM VITAE
( Daftar Riwayat Hidup )


DATA PRIBADI

Nama                           : Zulfitra AJ
Jenis kelamin               : Laki-laki
Tempat, tanggal lahir : Latong, 19 Mai 1990
Kewarganegaraan       : Indonesia
Status perkawinan       : Belum Kawin
Tinggi, berat badan     : 168 cm, 67 kg
Kesehatan                   : Sangat Baik
Agama                         : Islam
Alamat lengkap           : Desa Kuta Paya Kec. Seunagan Kab. Nagan Raya
HP                               : 085358850525
E-mail                          : fitra_afju@yahoo.co.id



LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

» Formal

·         1997 – 2002           : MIN Jeuram
·         2002 – 2004           : MTsN 1 Jeuram
·         2004 – 2008           : SMA Negeri 1 Seunagan
·         2010 – Sekarang    : Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam di UIN Ar-Raniry

» Non Formal

·         2007 - 2008 : Kursus Bahasa Inggris di Myre Communication
·         2006 - 2007 : Kursus Komputer di Riza Computer

KEMAMPUAN

·         Kemampuan Teknik Komputer dan Informatika (Teknisi, Jaringan, MS Word, MS Excel, MS Power Point, MS Access, MS Outlook, dll).
·         Kemampuan Internet.


PENGALAMAN KERJA

·         Staf Pengajar di Riza Computer tahun 2007
·         Staf ADM  di Myre Communication tahun 2008
·         Tenaga Kontrak di Sekretariat DPRK Kota Banda Aceh

PENGALAMAN ORGANISASI

·         Pelajar Islam Indonesia (PII)
-          Ketua Umum PK PII Seunagan Tahun 2007
-          Sekretaris Umum PD PII Nagan Raya 2008-2009
-          Ketua Umum PK PII UNAYA Tahun 2009
-          Sekretaris Umum PD PII Banda Aceh 2009-2010
-          Departemen Kajian Informasi Strategis PW PII Aceh 2010-2011
-          Ketua III KLM PD PII Perguruan Tinggi 2011-2012
-          Ketua II PPO PD PII Perguruan Tinggi 2012-2013
-          Sekretaris Umum PD PII Perguruan Tinggi 2013-2014
·         IPELMASRA-Banda Aceh
-          Waka bidang Hubungan Antar Lembaga 2008-2010
-          Waka bidang Pendidikan & Pengkaderan Tahun 2010
-          Ketua Umum 2013-2015
·         LSM KIPPRAH
-          Wakil Sekretaris II  Tahun 2009
-          Wakil Sekretaris I Tahun 2010
·         IPELMAGAN
-          Kabid Kesekretariatan 2008-2010
·         IKAHIMSI
-          Koordinator Wilayah VIII Aceh-Sumut 2012-2014
·         HMJ-SKI
-          Waka bidang Kesekretariatan & Advokasi 2011-2012
-          Ketua Umum 2013-2014

PELATIHAN & TRAINING

·         Leadership Basic Training (LBT) PII 2007 di Nagan Raya
·         Latihan Manajemen Dasar (LMD) PII 2009 di Banda Aceh
·         Pelatihan Manajemen Organisasi (PMO) Ipelmagan 2009 di Banda Aceh
·         Leadership Intermediate Training (LIT) PII 2009 di Aceh Besar
·         Latihan Manajemen Strategis (LMS) PII 2010 di Banda Aceh
·         Pelatihan Kader Anti Narkoba BNNP 2013 di Banda Aceh


Banda Aceh, 15 April 2013
Hormat saya,



Zulfitra AJ

Minggu, 16 Februari 2014

BUDI UTOMO

Sebuah Artikel dari Zulfitra AJ
BUDI UTOMO
BAB I
PENDAHULUAN

Kebangkitan Nasional adalah Masa dimana Bangkitnya Rasa dan Semangat Persatuan, Kesatuan, dan Nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang. Dalam masa ini muncul sekelompok masyarakat indonesia yang menginginkan adanya perubahan dari masyarakat indonesia yang selama ini dijajah dan ditindas oleh bangsa lain. Kebagkitan nasional Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi Budi Utomo. Peristiwa itu merupakan bagian dari peristiwa yang menjadi tonggak sejarah kemerdekaan negara indonesia.
Beberapa faktor yang mendorong kebangkitan indonesia yaitu diantaranya:
1.Semakin banyaknya/makin tingginya kesadaran ingin bersatu.
2. Semakin mengingkatnya semangat bangsa Indonesia ingin merdeka.
3 .Semakin banyaknya orang pintar dan terpelajar di Indonesia.
Munculnya Pergerakan-pergerakan organisasi yang bersifat modern ini merupakan akibat dari sistem politik etis yang diterapkan oleh Belanda. Dengan adanya pendidikan untuk rakyat Indonesia, maka muncullah Tokoh-tokoh yang Berpendidikan sehingga nantinya menjadi penggerak organisasi-organisasi modern.
 Dan Faktor yang datang dari luar negeri adalah kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905, adalah salah satu pendorong yang menimbulkan semangat bahwa bangsa kulit kuning, bangsa Asia dapat mengalahkan bangsa kulit putih (Eropa). 


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Latar Belakang Munculnya Budi Utomo
Budi Utomo lahir dari inspirasi yang dikemukakan oleh Wahidin Soedirohoesodo disaat beliau sedang berkeliling ke setiap sekolah untuk menyebarkan beasiswa, salah satunya STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen). Sejak saat itu, mahasiswa STOVIA mulai terbuka pikirannya dan mereka mulai mengadakan pertemuan-pertemuan dan diskusi yang sering dilakukan di perpustakaan STOVIA oleh beberapa mahasiswa, antara lain Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Goembrek, Saleh, dan Soeleman. Mereka memikirkan nasib bangsa yang sangat buruk dan selalu dianggap bodoh dan tidak bermartabat oleh bangsa lain (Belanda), serta bagaimana cara memperbaiki keadaan yang amat buruk dan tidak adil itu. Para pejabat pangreh praja (sekarang pamong praja) kebanyakan hanya memikirkan kepentingan sendiri dan jabatan. Dalam praktik mereka pun tampak menindas rakyat dan bangsa sendiri, misalnya dengan menarik pajak sebanyak-banyaknya untuk menyenangkan hati atasan dan para penguasa Belanda.
Para pemuda mahasiswa itu juga menyadari bahwa mereka membutuhkan sebuah organisasi untuk mewadahi mereka, seperti halnya golongan-golongan lain yang mendirikan perkumpulan hanya untuk golongan mereka seperti Tiong Hoa Hwee Koan untuk orang Tionghoa dan Indische Bond untuk orang Indo-Belanda. Pemerintah Hindia Belanda jelas juga tidak bisa diharapkan mau menolong dan memperbaiki nasib rakyat kecil kaum pribumi, bahkan sebaliknya, merekalah yang selama ini menyengsarakan kaum pribumi dengan mengeluarkan peraturan-peraturan yang sangat merugikan rakyat kecil.
Para pemuda itu akhirnya berkesimpulan bahwa merekalah yang harus mengambil prakarsa menolong rakyatnya sendiri. Pada waktu itulah muncul gagasan Soetomo untuk mendirikan sebuah perkumpulan yang akan mempersatukan semua orang Jawa, Sunda, dan Madura yang diharapkan bisa dan bersedia memikirkan serta memperbaiki nasib bangsanya. Perkumpulan ini tidak bersifat eksklusif tetapi terbuka untuk siapa saja tanpa melihat kedudukan, kekayaan, atau pendidikannya.

B.     Berdirinya Budi Utomo
Pada hari Minggu, tanggal 20 Mei 1908 Sutomo dan kawan-kawannya di ruang kelas Sekolah Kedokteran STOVIA di Batavia atau Jakarta mendirikan sebuah perkumpulan yang diberi nama Budi Utomo (Budi Luhur).
Para pelajar yang aktif dalam pembentukan Budi Utomo tersebut adalah M. Suradji, Muhammad Saleh, Mas Suwarno, Muhammad Sulaiman, Gunawan, dan Gumbreg. Pada akhir pidatonya, Sutomo mengatakan, “berhasil dan tidaknya usaha ini bergantung kepada kesungguhan hati kita, bergantung kepada kesanggupan kita bekerja. Saya yakin bahwa nasib Tanah Air di masa depan terletak di tangan kita.” Ucapan itu disambut dengan tepuk tangan yang amat meriah.
Budi Utomo setelah terbentuk, para pengurus dan anggotanya segera mempropagandakan mengenai maksud dan tujuan pembentukan organisasi tersebut kepada semua masyarakat, terutama kelompok pelajar, pegawai, kaum priayi, dan pedagang kecil. Propaganda itu ternyata mendapat sambutan hangat. Berita tentang pembentukan Budi Utomo akhirnya tersiar juga lewat surat kabar sehingga diketahui oleh pelajar-pelajar di berbagai kota. Akhirnya, para pelajar di kota-kota, seperti Yogyakarta, Magelang, dan Probolinggo ikut mendirikan cabang-cabang Budi Utomo. Nama Sutomo sebagai pendiri dan ketua umum Budi Utomo makin populer sekaligus mengundang risiko besar.
Beberapa staf pengajar dan pemerintah Belanda menuduh Sutomo dan kawan-kawannya sebagai pemberontak. Sutomo diancam akan dipecat dari sekolahnya. Akan tetapi, kawan-kawannya mempunyai solidaritas tinggi. Jika Sutomo dikeluarkan, mereka akan ikut keluar juga. Dalam persidangan di sekolah, Sutomo masih dipertahankan oleh pemimpin umum STOVIA, Dr. H. E. Roll sehingga ia dan kawan-kawannya tidak jadi dikeluarkan dari sekolah. Jelaslah bahwa setiap perjuangan pasti mendapat tantangan, rintangan, bahkan ancaman, tetapi mereka tetap tegar.
Budi Utomo berkembang makin besar sehingga perlu menyelenggarakan kongres. Untuk keperluan itu, mereka mempersiapkan segala sesuatunya atas usaha sendiri. Dr. Wahidin berkampanye keliling daerah untuk mendapatkan dukungan dan bantuan dari semua pihak. Kongres Budi Utomo yang pertama berhasil diselenggarakan pada tanggal 5 Oktober 1908 di Yogyakarta. Dalam kongres dihasilkan beberapa keputusan penting, seperti:
1.      Merumuskan tujuan utama Budi Utomo, yaitu kemajuan yang selaras untuk negara dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan, perdagangan, teknik dan industri, ilmu pengetahuan dan seni budaya bangsa Indonesia;
2.      Kedudukan pusat perkumpulan berada di Yogyakarta;
3.      Menyusun kepengurusan dengan R.T. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar (Jawa Tengah) sebagai Ketua;
4.      Kegiatan Budi Utomo terutama ditujukan pada bidang pendidikan dan kebudayaan;
5.      Wilayah gerakannya difokuskan di Jawa dan Madura;
6.      BU tidak ikut mengadakan kegiatan politik.
Pada tahun awal berkembangnya Budi Utomo dapat menjadi tempat penyaluran keinginan rakyat yang ingin maju dan tempat mengabdi tokoh-tokoh terkemuka terhadap bangsanya. Tokoh-tokoh yang pernah menjabat Ketua Budi Utomo, antara lain R.T. Tirtokusumo (1908–1991), Pangeran Aryo Noto Dirodjo dari Istana Paku Alam (1911–1914), R.Ng. Wedyodipura atau Radjiman Wedyoningrat (1914–1915), dan R.M. Ario Surjo Suparto atau Mangkunegoro VII (1915). Oleh karena pemimpin Budi Utomo umumnya berasal dari kaum bangsawan, banyaklah dana yang disumbangkan untuk kemajuan pengajaran.
Demikian, lahirlah badan bantuan pendidikan atau studiefonds yang diberi nama Darma Wara. Hal inilah yang dicita-citakan oleh dr. Wahidin.
Sejak tahun 1908 hingga tahun 1915, Budi Utomo hanya bergerak di bidang sosial dan budaya terutama pada bagian pengajaran. Namun, setelah tahun 1925 itu Budi Utomo ikut terjun ke dunia politik. Perubahan haluan ini terjadi karena adanya pengaruh dari organisasi pergerakan lain yang bercorak politik, seperti Indische Partij dan Sarekat Islam. Tujuan Budi Utomo berpolitik adalah untuk mendapat bagian dalam pemerintahan yang akan dipegang oleh golongan pelajar pribumi.

C.    Masa Perkembangan
Budi Utomo mengalami fase perkembangan penting saat kepemimpinan Pangeran Noto Dirodjo. Saat itu, Douwes Dekker, seorang Indo-Belanda yang sangat properjuangan bangsa Indonesia, dengan terus terang mewujudkan kata “politik” ke dalam tindakan yang nyata. Berkat pengaruhnyalah pengertian mengenai “tanah air Indonesia” makin lama makin bisa diterima dan masuk ke dalam pemahaman orang Jawa. Maka muncullah Indische Partij yang sudah lama dipersiapkan oleh Douwes Dekker melalui aksi persnya. Perkumpulan ini bersifat politik dan terbuka bagi semua orang Indonesia tanpa terkecuali. Baginya “tanah air” (Indonesia) adalah di atas segala-galanya.Pada masa itu pula muncul Sarekat Islam, yang pada awalnya dimaksudkan sebagai suatu perhimpunan bagi para pedagang besar maupun kecil di Solo dengan nama Sarekat Dagang Islam, untuk saling memberi bantuan dan dukungan. Tidak berapa lama, nama itu diubah oleh, antara lain, Tjokroaminoto, menjadi Sarekat Islam, yang bertujuan untuk mempersatukan semua orang Indonesia yang hidupnya tertindas oleh penjajahan. Sudah pasti keberadaan perkumpulan ini ditakuti orang Belanda. Munculnya gerakan yang bersifat politik semacam itu rupanya yang menyebabkan Budi Utomo agak terdesak ke belakang. Kepemimpinan perjuangan orang Indonesia diambil alih oleh Sarekat Islam dan Indische Partij karena dalam arena politik Budi Utomo memang belum berpengalaman.Karena gerakan politik perkumpulan-perkumpulan tersebut, makna nasionalisme makin dimengerti oleh kalangan luas. Ada beberapa kasus yang memperkuat makna tersebut. Ketika Pemerintah Hindia Belanda hendak merayakan ulang tahun kemerdekaan negerinya, dengan menggunakan uang orang Indonesia sebagai bantuan kepada pemerintah yang dipungut melalui penjabat pangreh praja pribumi, misalnya, rakyat menjadi sangat marah.
Kemarahan itu mendorong Soewardi Suryaningrat (yang kemudian bernama Ki Hadjar Dewantara) untuk menulis sebuah artikel “Als ik Nederlander was” (Seandainya Saya Seorang Belanda), yang dimaksudkan sebagai suatu sindiran yang sangat pedas terhadap pihak Belanda. Tulisan itu pula yang menjebloskan dirinya bersama dua teman dan pembelanya, yaitu Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo ke penjara oleh Pemerintah Hindia Belanda (lihat: Boemi Poetera). Namun, sejak itu Budi Utomo tampil sebagai motor politik di dalam pergerakan orang-orang pribumi.Agak berbeda dengan Goenawan Mangoenkoesoemo yang lebih mengutamakan kebudayaan dari pendidikan, Soewardi menyatakan bahwa Budi Utomo adalah manifestasi dari perjuangan nasionalisme. Menurut Soewardi, orang-orang Indonesia mengajarkan kepada bangsanya bahwa “nasionalisme Indonesia” tidaklah bersifat kultural, tetapi murni bersifat politik. Dengan demikian, nasionalisme terdapat pada orang Sumatera maupun Jawa, Sulawesi maupun Maluku.
Pendapat tersebut bertentangan dengan beberapa pendapat yang mengatakan bahwa Budi Utomo hanya mengenal nasionalisme Jawa sebagai alat untuk mempersatukan orang Jawa dengan menolak suku bangsa lain. Demikian pula Sarekat Islam juga tidak mengenal pengertian nasionalisme, tetapi hanya mempersyaratkan agama Islam agar seseorang bisa menjadi anggota. Namun, Soewardi tetap mengatakan bahwa pada hakikatnya akan segera tampak bahwa dalam perhimpunan Budi Utomo maupun Sarekat Islam, nasionalisme “Indonesia” ada dan merupakan unsur yang paling penting.

D.    Harapan dan Hambatan Pergerakan Budi Utomo
Sebagai suatu organisasi yang baik, Budi Utomo memberikan usulan kepada pemerintah Hidia Belanda sebagai mana berikut ini :
1.      Meninggikan tingkat pengajaran di sekolah guru baik guru bumi putera maupun sekolah priyayi.
2.      Memberi beasiswa bagi orang-orang bumi putera.
3.      Menyediakan lebih banyak tempat pada sekolah pertanian.
4.      Izin pendirian sekolah desa untuk Budi Utomo.
5.      Mengadakan sekolah VAK / kejuruan untuk para bumi putera dan para perempuan.
6.      Memelihara tingkat pelajaran di sekolah-sekolah dokter jawa.
7.      Memberikan kesempatan bumi putra untuk mengenyam bangku pendidikan di sekolah rendah eropa atau sekolah Tionghoa - Belanda.
Pemerintah Hindia-Belanda mengesahkan Budi Utomo sebaga badan hukum yang sah karena dinilai tidak membahayakan, namun tujuan organisasi Budi Utomo tidak maksimal karena banyak hal, yakni :
1.      Mengalami kesulitan dinansial
2.      Kelurga R.T. Tirtokusumo lebih memperhatikan kepentingan pemerintah kolonial daripada rakyat.
3.      Lebih memajukan pendidikan kaum priyayi dibanding rakyat jelata.
4.      Keluarga anggota-anggota dari golongan mahasiswa dan pelajar.
5.      Bupati-bupati lebih suka mendirikan organisasi masing-masing.
6.      Bahasa belanda lebih menjadi prioritas dibandingkan dengan Bahasa Indonesia.
7.      Pengaruh golongan priyayi yang mementingkan jabatan lebih kuat dibandingkan yang nasionalis.









BAB III
KESIMPULAN

Budi Utomo yang dicanangkan Dr. Wahidin Sudirohusodo ini adalah organisasi pergerakan modern yang pertama di Indonesia dengan memiliki struktur organisasi pengurus tetap, anggota, tujuan dan juga rencana kerja dengan aturan-aturan tertentu yang telah ditetapkan.
Organisasi yang didirikan oleh dr. Soetomo cs dan bergerak di bidang sosial ini bukan hanya dikenal sebagai salah satu organisasi nasional yang pertama di Indonesia, tetapi juga organisasi yang terpanjang umurnya sampai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Satu petikan penting yang dapat diambil dari munculnya BU adalah merupakan tonggak awal penyebab berlansungnya Perubahan-perubahan politik hingga terjadinya Integrasi Nasional. Hal itu dapat kita lihat dari penetapan Hari Kebangkitan Nasional yang ditetapkan/diambil dari hari lahirnya Budi Utomo










Daftar Pustaka
·         Akira Nagazumi, 1989: Bangkitnya Nassionalisme Indonesia, Budi Utomo 1908-1918. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti
·         A.K Pringgodigdo,1984: Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia: Jakarta: Dian Rakyat
·         Kansil,C.S.T.  dan Julianto.1988. Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Jakarta: Erlangga
·         Marwati Djoened Poesponegoro, dkk. 1984. Sejarah Nasional Indonesia, Jilid  VI. Balai Pustaka. Jakarta.
·         Matroji, 2000, IPS Sejarah untuk SLTP kelas 2, Jakarta : Erlangga
·         M.C Ricklefs,1991: Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada Press
·         Suhartono. 1994. Sejarah Pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai  Proklamasi 1908 – 1945. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
·         Harian WordPress ,Merenungkan Makna Hari Kebangkitan Nasional
·         http://www.WordPress.com
·         http://id.wikipedia.org
·         http://www.pustakasekolah.com